Sabtu, 02 Agustus 2008

Short story From me for you All My friends

Desa Kenangan



Andi sudah sibuk sejak tadi pagi, Ia akan pulang kembali kerumah di Banjarmasin karena liburan akan segera berakhir. Selama liburan Andi pergi ke rumah neneknya di desa untuk rekreasi sekaligus refreshing. Neneknya mempersiapkan pakaian-pakaian milik Andi Sebentar lagi mobil ayah dan ibunya datang untuk menjemputnya. Andi membereskan barang-barangnya yang sangat berantakan, ia tidur satu kamar bersama dengan pamannya di lantai dua rumah neneknya. Saat asik-asik membereskan barang, tidak sengaja pandangannya tertuju pada sebuah foto yang bingkai dan kacanya sedikit berdebu sehingga gambar di foto itu tidak begitu jelas.


Andi berjalan kearah foto yang diletakkan diatas lemari setinggi satu setengah meter yang dari tadi seolah memanggil-manggil dan membuatnya sangat penasaran. Diambilnya foto itu dan ia bersihkan kacanya. Nampaklah sekarang gambar enam orang anak seumurannya difoto itu. Foto itu masih hitam putih dan nampak sangat usang, mungkin sudah sekitar tiga puluh tahun usia foto itu.


Ada empat orang anak laki-laki dan dua anak perempuan yang berdiri dengan tersipu malu. Ia Sangat kaget setelah benar-benar mengamati foto itu, salah satu dari anak laki-laki itu sangat mirip dengannya. Anak itu memakai kemeja dengan lengan yang dilipat, raut dan lakon anak itupun sangat persis dengan dirinya.


Andi penasaran dan segera berlari sembari memanggil neneknya yang sedang mempersiapkan oleh-oleh dan memasukkan pakain Andi kedalam tas dikamar lantai bawah. Ia sangat tergesak-gesak sehingga ia terpleset saat menuruni sebuah tangga yang tingginya sekitar tiga meter dan ia terpinkal jatuh hingga pingsan.


Tak begitu lama ia tak sadarkan diri, Andi mulai membuka matanya perlahan, ia dibaringkan disofa ruang tamu. Ia merasakan sedikit pusing karena kepalanya sedikit terbentur lantai saat jatuh tadi, untung hanya mengalami geger otak ringan. Ia bangkit dari pingsannya, ia mencari sosok neneknya dan masih teringat dengan foto itu, ia ingin mempertanyakan perihal siapa anak yang sangat mirip dengannya difoto itu, tapi neneknya tidak ada.


Ia baru sadar bahwa ia dikelilingi lima orang anak kecil seusianya yang duduk memperhatikan keadaannya. Andi bingung darimana datangnya dan siapa mereka. Ia merasa tidak asing dengan keenam orang anak itu, tapi ia tidak pernah melihat mereka selama berada di kampung. Salah satu anak perempuan dari mereka mulai mengajak bicara dengan Andi. ”Aku Fatimah, ini Lya, Komar, Rahmad dan yang paling kecil ini Musa.”. Sepertinya Musa anak yang paling muda, karena perawakannya kecil dan wajahnya sekitar dua tahun lebih muda dari yang lain.


Andi masih berpikir tentang neneknya dan ingin mencarinya, kelima anak itu seolah tahu apa yang sedang dipikirkan Andi.


”Nenekmu ada di kebun, kamu mau mencari beliau, ayo kami antar.” Ucap Fatimah sambil tersenyum seraya menoleh kearah teman-temannya.

Andi mengiakan saja tawaran itu. Mereka segera keluar rumah dan berjalan menuju kebun. Andi mulai merasa aneh, sepertinya suasana desa tidak seperti yang selama ini ia rasakan. Kala itu ia merasa desa lebih klasik, natural dan sangat tradisional. Namun Andi tidak begitu memikikannya, fikirannya tertuju pada pencarian si nenek. Mereka berjalan menyusuri ladang padi yang nampak hijau tepat berada dekat lereng gunung, sangat indah dengan pemandangan nuansa pegunungan yang menyejukkan hati. Padi baru mulai ditanami, air irigasi sangat jernih, sesekali terlihat ikan Gabus yang sedang berenang, mungkin sedang mencari ikan atau menjaga anak-anaknya. Setelah itu mereka melewati sebuah jurang yang dibawahnya banyak sekali pohon Bambu, mereka hanya melihat daunnya saja dari atas.


Perlahan Andi mterlupa dengan neneknya, ia hanyut dalam kegembiraan bersama teman barunya. Mereka mapir sebentar di saung tepat ditengah sawah. Ada beberapa petani sedang menanam padi yang nampak kecil dari kejauhan. Mereka Asik bermain bersuka- ria.


Hari sudah hampir siang, mereka kembali menuju rumah. Mereka mampir sebentar di rumah Musa. Andi baru ingat, ia harus pulang ke bnajarmasin hari itu karena besok lusa ia sudah harus pergi ke sekolah lagi. Andi mengutarakan kepada temannya tentang perihal itu. Rahmad seolah mencegah kepulangan Andi.,


”Masa kamu mau pulang, kan kita baru berteman?.” Ucap Rahmat dengan wajah sedikit kecewa.


Andi menjelaskan kalau dia harus pulang dan sekolah lagi besok lusa. Teman-teman baru mereka itupun akhirnya mau mengerti.


Ia diantar teman-temannya menuju rumah neneknya. Mereka berjalan dengan sangat ceria. Musa si yang paling kecil itu mengajak untuk berfoto bersama sebelum kepulangan Andi tepat dihalamn rumah neneknya. Setelah itu, Andi masuk rumah tapi tidak juga mendapati neneknya. Ia mengajak temannya untuk mencari dibelakang rumah, mungkin nenek sedang mencuci pakaian di sungai belakang rumah pikirnya.


Mereka akhirnya sampai disungai yang berjarak lima puluh meter dari rumah neneknya. Air sungai nampak ganas, deras dan dalam, Andi mencari kearah hulu sungai bersama Rahmad dan Lya, sedang yang lain mencari ke arah hilir. Ia tidak menemukan seorangpun disana. Ketika ia hendak kembali kerumah, ia tersentak mendengar teriakan seorang anak perempuan, tampaknya itu suara Fatimah. Ia berteriak minta tolong. Andi bergegas berlari bersama temannya Rahmad dan Lya kearah suarua itu berasal. Didapatinya Fatimah menangis smbil menunjuk kearah sesuatu yang mengapung. Ia baru sadar, bahwa yang hanyut itu adalah sikecil Musa. Ia segera berlari sambil meminta rahmad dan Lya mencari pertolongan.


Andi segera berlari mengejar Musa, ketika sudah dekat ia dengan segera menceburkan diri kesungai dan menarik Musa, Andi sangat panik dan tidak tenang sehingga berkali-kali terminum air dan kemasukan air lewat hidung, kepalanya jadi pusing, arus sangat deras semakin menyusahkannya untuk berenang dengan stabil. Akhirnya Musa bisa dikeluarkan dari ganasnya sungai, namun ternyata ia sudah menjadi jasad.


Andi berteriak sedih atas penyesalannya yang tidak bisa dengan segera menyelamatkan nyawa Musa. Disisilain, ia kelelahan dan mulai merasa mual karena terlalu banyak terminum air sungai. Warga akhirnya datang. Jasad Musa dibawa kerumah orang tuanya. Iandi pulang kerumah dan tidak ayal ia jatuh pingsan.


Tidak lama kemudian ia terbangun. Kepalanya terasa pusing dan rasa mual perutnya sudah mulai hilang. Ketika ia membuka mata ia melihat orang-orang yang ia sayangi mengelilinginya yaitu nenek, ayah, ibu, kakak dan adiknya yang sudah datang untuk menjemputnya. Ia segera memeluk neneknya.


”kamu tadi terjatuh dari tangga dan pingsan.” Ujar nenek yang sangat perhatian dengan cucunya.


Andi tidak merasa kalau dari tadi yangannya memegangi sebuah foto yang ingin ia pertanyakan. Ia baru menyadari akan hal itu dan langsung mempertanyakan tentang foto itu. Lalu neneknya menyebutkan nama-nama difoto itu. Neneknya menunjuk anak-anak difoto itu sambil mengingat nama-nam mereka.


”ini nenek waktu muda,”. Neneknya sambil menunjuk kepada gadis yang bernama Fatimah.


Andi baru sadar akan nama neneknya. Ia baru ingat bahwa nama panjang neneknya Siti Fatimah, namun orang lebih sering memanggil nenek Siti dikampungnya.


”Ini Rahmad, Lya, dan Burhan. Mereka teman nenek waktu kecil. Dan yang paling Muda ini namanya Musa, tapi dia meninggal waktu masih kecil, tenggelam disungai karena tidak bisa berenang” Ujar neneknya sambil terharu mengenang peristiwa masa kecilnya itu.


Andi merasa ada yang janggal, ia mendengar neneknya mengenalkan lima orang anak. Padahal seingatnya tadi ada enam gambar anak seusia dia. Ia melihat kembali foto itu. Aneh, ia kaget namun hanya disimpannya dalam hati. Ia teringat dengan foto bersama didepan rumah neneknya, terlihat itu memang halaman rumah neneknya, tapi terlihat sedikit berbeda dengan sekarang. Ia tidak mendapati foto anak yang mirip dengannya, ia hanya melihat gambar lima orang anak difoto itu, tapi telihat ada jarak antara tempat berdiri neneknya dengan Burhan, Ia ingat bahwa itu adalah posisi ia berdiri saat foto bersama. .Ia merasa bahwa hari itu benar-benar menjadi hari yang tak kan pernah terlupa dari ingatannya.Ibnul Anwar


Malang 29 juli 2008






Juned- Ada CINTA di Sekolah



Juned adalah seorang siswa kelas 3 MAN2 Martapura. Ia adalah anak yang lucu, ceria, kreatif dn kocak, tingkah lakunya yang konyol selalu membuat orang lain tertawa. Dibalik semua itu ia juga kadang suku berlaga dingin (Cool) biar dibilang keren, tapi pada saat dia berlaga seolah keren, ada saja hal konyol yang membuat semua berantakan dan membuat orang lain menertawakannya.


Ia senang sekali menyapa gadis-gadis adik kelas satu sekolahnya yang cantik dan manis sambil melambaikan tangan kepada mereka dengan penuh percaya dan keyakinan bahwa gadis-gadis itu menyukainya. Benar-benar narsis, tapi pada dasarnya ia anak yang bersahabat, setia kawan, pemurah, setia kawan dan sangat baik hati.


Suatu pagi dia mendapati sosok yang membuat jantungnya berdegub sangat kencang, ia melihat seorang cewe manis yang dari tadi duduk didepan perpustakaan yang langsung berseberangan dengan kelas Juned., kala itu Juned sedang asik nongkrong sambil bercanda dengan teman-temannya.Gadis itu mungkin ingin meminjam buku bersama dua orang temannya Puspa dan Silvy. Juned jadi salah tingkah saat mata mereka bertatapan. Ia langsung melambaikan tangan kepada gadis itu. Biasanya lambaian tangan Juned selalu dibalas pula dengan lambaian tangan oleh gadis yang ia sapa lewat lambaian tangan ajaib itu, seperti mantra penyihir yang bisa menghipnotis setiap musuh-musuhnya menjadi tidak berdaya dan takluk ditangannya. Tapi kali ini lain, gadis itu tidak membalas apap-apa, Juned jadi heran, ia bergumam dalam hati sambil memandangi tangannya yang sedang melambai-lambai ”Kok tidak sakti lagi?”, setelah melihat Juned melambaikan tangan, gadis itu malah pergi bersama kedua temannya itu dan seolah menganggap Juned hanya angin lalu.


Juned jadi sangat malu dengan teman-temann yang sedari tadi duduk nongkrong disekitar kelas sambil memperhatikan. Teman-teman Juned bersorak sambil menertawainya melihat Juned yang tidak dihiraukan gadis itu. Juned juga tertawa sambil menahan malu. Ia jadi penasaran, baru kali ini di cuekin sama seorang cewe. Ia langsung mencari tahu cewe itu.


Akhirnya Juned tahu siapa nama nama cewe itu, namanya Rina anak kelas 2 IPA ketua sanggar Drama di sekolahnya. Ia diberi tahu oleh temannya Rina yaitu Puspa. Puspa sebenarnya suka sama Juned, tapi Junednya hanya cuek dengan pura-pura tidak mengetahui perasaan Puspa. Iapun tidak lupa ameminta nomor Hp Rina kepada Puspa. Malam ini ia berniat akan mengajak Rina kenalan.


Akhirnya malam itu ia ajak kenalan si cewe cuek yang tidak mau membalas jurus lambaian tangannya. Cewe itu tidak secuek yang ia kira, malah Rina menanggapinya dengan penuh perhatian, juned jadi melayang, ternyata cewe itu baik. Besoknya ketika sampai disekolah, Juned bertemu dengan Rina di dekat pintu gerbang. Juned sengaja menunggu Rina, ia ingin lebih dekat lagi dengan Rina, mungkin ia sedang jatuh Cinta. Hee...he...he...


Sebulan sudah berlalu, mereka semakin dekat.kal itu Juned baru datang dari study tour mereka di kota Malang. Ketika berangkat keMalng, Juned lupa membawa uang berlebih, ia hanya membawa uang seadanya, sehingga ia tidak bisa mebelikan oleh-oleh untuk Rina, padahal ia sudah berniat sejak sebelum berangkat. Akhirnya ia minta usul Udin apa yang harus ia lakukan.


”Kamukan baru datang dari Malang, masa Ga’ bawa apa-apa untuk Rina, payah banget?.” sambil mengernyitkan dahinya.

”lantas bagaiman aku, Din?” jawab Juned.


”Kamu beli saja oleh-oleh apa ke, di Banjarmasin, si Rina juga ga’ bakal tau kalau kamu beli disini, ketimbang kamu malau ga’ bawa apa-apa untuknya.” ujar Udin


Akhirnya ia meminta Ridho untuk membelikan sesuatu, kebetulan Ridho tinggal di Banjarmasin dan kala itu ia sedang pulang ke Banjarmasin. Ridho sekolah di MAN2 Martapura dan tinggal dirumah neneknya. Ridho membelikan sebuah tas di Ramayana. Ta itu sangat menarik, warna biru dan tidak terlalu banyak hiasannya, sangat sesuai dengan yang Juned kehendaki.


Hari berikutnya, Juned pergi ke kelas Rina dengan penuh percaya diri untuk menyerahkan tas itu kepada Rina. Ia berjalan perlahan, semakin dekat dengan kelas Rina, semakin gugup pula dirinya.


Ia sudah sampai didepan kelas Rina, ia minta panggilkan Rina kepada teman Rina yang terlihat agak nakal, namanya Linda. Rina keluar sambil melemparkan senyum kepada Juned, ia ditamani Puspa.


”Bagaiman Studytournya?” Tanya Rina.

Juned hanya diam dan menunduk, ia malu dilihat teman-teman Rina yang seang nongkrong-nongkrong didepan kelas Rina.Juned berusaha melepaskan rasa malunya, tapi ia tidak sanggup.


”Menyenangkan di Malang. Ini...?” Juned masih menunduk sambil menyodorkan tangan yang memegang kado yang sedikit berantakan bungkusannya, ia membungkus sendiri kado itu.


Ternyata yang mengambil Puspa, ” terima kasih ya?.” Ujar Puspa sambil tersenyum.


Tiba-tiba si Linda yang nakal itu mengambil kado itu dari tangan Puspa tanpa permisi. Ia langsong naik ke atas bangku yang diletakkan didepan kelas mereka. Ia berteriak sambil tertawa terbahak-bahak dengan perasaan penuh kemenangan.


”Hey temen-temen, ada cinta ka Juned di sekolah.”


Teman-teman yang dari tadi duduk sambil ngobrol segera bersora sambil melihat ke arah Juned dan Rina. Juned jadi memerah, Rina hanya diam saja, ia cuek pada teman-temannya sambil tersenyum, ia sudah sering digosipkan seperti itu.


Juned langsung beranjak dari tempatnya berdiri, ia ingin sekali lari dan cepat-cepat menghilang, ia sangat malu. Tapi ia murungkan niatnya ia masih sempat berpikir. ”kalau aku lari, aku jadi seperti anak kecil, tidak elegan.” ia hanya berjalan sambil memadamkan rasa malunya dan memasukkan kedua tangannya kedalam saku celananya, ”Biar terlihat keren.” pikirnya dalam hati.


Besoknya,,,


Hari ini Juned CS akan bertanding dalam partai final turnamen sepakbola MAN 2 MTP CUP. Kelasnya bertemu dengan kelas 3 IPA 2, sedangkan ia adalah kelas 3 IPS 2. Ia mendapat kabar bahwa ada seorang cowo yang juga naksir sama Rina dari kelas lawannya dalam pertandingan itu, namanya Anton. Pertandingan berlangsung sangat sengit. Juned berlaku sebagai kiper, ia berusaha mati-matian mempertahankan gawangnya agar tidak kebobolan. Ternya Anton juga kiper di kelas 3 IPA 2. mereka sama-sama kiper andalan sekolah dalam setiap pertandingan antar sekolah, dan kali ini mereka harus berusaha untuk membuktikan siapa yang terbaik dan pantas menjadi kiper terbaik sekolah sekaligus mengambil perhatian dari Rina.


Pertandingan berlangsung dengan skor imbang satu sama, dan harus di lanjutkan dengan babak tambahan dua kali lima belas menit. Babak tambahan berlangsung sangat panas, walaupun kedua tim sama-sama sudah kendor akibat tenaga yang sudah banyak terkuras. Skor tidak juga mengalami perubahan hingga akhirnya pertandingan harus diselesaikan dengan adu finalti.


Drama finalti memang sangat mengesankan dan menjadi memen yang sangat menegangkan bagi setiap pemain. Juned melihat sosok Rina dari kejauhan, ia baru sadar kalau Rina memperhatikannya sejak awal pertandingan. Juned langsung berkobar semangatnya, ia jadi bersemangat dan seolah mendapat spirit baru. Dan akhirnya mereka menang dengan skor 5-1. Itu merupakan even pembuktian dan partai mempertaruhkan harga diri baginya.


Selesai pertandingan, ia berbaring sambil menatap langit penuh kemenangan, ia merasa baru datang dari medan perang melawan penjajah Belanda.


Tiga tahun kemudian,,,

Juned bangun dari tidurnya, ia membuka komputernya, walpaper di Desktopnya adalah sebuah foto tiga orang gadis, mereka adalah Rina, Silvy, dan Puspa. Ia tidak menghiraukan gambar itu,ia langsung membuka MS Word dan mulai mengerjakan tugasnya. Sekarang Juned kuliah di UIN Malang, sedangkan Rina melanjutkan kuliahnya di IAIN Antasari banjarmasin. Selesai mengerjakan tugas makalahnya, ia menutup MS Word dan ia kembali melihat gambar itu. Kali ini ia memperhatikan gambar itu sambil tersenyum mengingat kisah masa lalunya yang sangat indah dulu. Ia teringat kata-kata dari Rina.

”Kalau kita jodoh, kita pasti akan hidup bersama, hanya tuhan yang tahu.”


Sebuah kata bijaksana dan penuh arti yang selalu ia ingat , penuh dengan tanda tanya dan harap dalam hatinya. apakah ia kan bersama dengan Rina kelak.