Selasa, 30 Desember 2008

MASYARAKAT DAN TELEPATI

Mungkin tidak pernah terpikir oleh manusia awam sebelumnya untuk dapat berkomunikasi dengan jarak yang sangat jauh bahkan berjuta kilometer, atau kita hanya pernah melihatnya semasa kecil dulu di film-film kolosal seperti pendekar-pendekar sakti yang dapat berbicara dengan temannya di seberang pulau dengan menggunakan telepati atau kekuatan kedigjayaan. Ternyata sekarang hal itu dapat terwujud dengan hadirnya inovasi mutakhir abad 20 dengan ditemukannya media komunikasi jarak jauh berupa Handphone.
Awalnya yang memiliki fasilitas telekomunikasi ini hanya segelintir orang yang identik kaya, bisnismen atau pejabat dan dipandang mewah, namun dewasa ini melihat masyarakat mencet-mencet handphonenya di kantor, sekolah, kampus dan ditempat umum bukanlah hal yang luar biasa lagi.
Saya teringat ketika berkunjung ke pedalaman Kalimantan tiga tahun yang lalu tepatnya di Kecamatan Loksado Kabupaten Hulu Sungai Selatan Kalimantan selatan. Masyarakat yang terkenal dengan suku dayak meratus ini sudah akrab dengan yang namanya Handphone.
Masyarakat Loksado sebagian besar bekerja sebagai petani cabe, kemiri, kayu manis, bahkan kadang-kadang berburu sarang wallet. Samsuni salah satu warga yang kerap mengirim barangnya ke kota Banjarmasin merasa sangat terbantu oleh kehadiran alat komunikasi abad 20 itu. Sekarang ia dapat memperluas relasinya ke berbagai daerah. Disamping itu ia juga sangat puas dengan layanan yang diberikan berupa harga yang relative murah dan terjangkau.
Lain Samsuni, lain lagi penjual bakso langganan saya, sebut saja mas Karyo. Saya sempat kaget melihat orang yang satu ini, walau hidupnya cukup pas-pasan ternyata dia punya Handphone yang malah lebih cangih dari punya saya, sempat terbesit dibenak saya “Tukang jual Bakso aja punya Hp lebih canggih dari punya saya yang mahasiswa lagi.”
Kini dengan perkembangan yang semakin pesat, media komunikasi jarak jauh ini semakin dibutuhkan oleh segenap khalayak, dan bahkan tidak hanya orang kaya saja tapi orang pedalaman seperti Samsuni dan tukang jual bakso seperti mas Karyo pun sudah bisa menggunakannya. Jika kita melihat kurang lebih delapan tahun kebelakang harga Handphone dan biaya untuk operator penyedia layanannya relative sangat mahal sehinga hanya orang-orang tertentu saja yang bisa menggunakannya. Sekarang harga tersebut sudah relative murah karena banyaknya operator Handphone yang mulai bermunculan.
Di Indonesia layanan operator Handphone ada dua jenis yakni GSM dan CDMA dan memiliki lebih dari sepuluh operator. Tentu saja hal ini menawarkan banyak pilihan bagi masyarakat. Para rodusen layanan berlomba-lomba menawarkan layanannya sehingga terjadi perang harga adu murah. Namun kadang kala harga murah yang ditawarkan tersebut memang sesuai dengan kwalitas jaringan. Konsumn sering mengeluh kepada operator yang menawarkan harga murah terkait gangguan jaringan yang sering terjadi. Hal ini tentu memberikan efek jera bagi konsumen. Memang yang namanya manusia tak ada puasnya, tapi hal ini hendaknya juga menjadi catatan bagi para operator untuk meningkatn kwalitas layanannya.
Tidak hanya sebatas menelpon saja, sekarang media komunikasi merambat kedunia maya internet dan fasilitas 3G yang sangat mutakhir. Layanan ini sangat membantu bagi para pihak yang memerlukan kecepatan dan keakuratan informasi terutama masyarakat terpelajar khususnya mahasiswa. Fasilitas Internet yang dapat diakses lewat telpon genggam ini perlahan tapi pasti merubah gaya belajar mahasiswa yang semakin modern dan dinamis. Selain itu teman saya menceritakan bahwa dia sekarang tidak bisa lagi membolos sekolah karena orang tuanya selalu mengawasinya lewat media 3G, “aku ketahuan kalau ga ada disekolah, karena ortu sering nelpon pake 3G.” ungkapnya.
Saya pikir untuk masa kedepan ini akan terus ada perkembangan dan inovasi-inovasi terbaru sehingga akan lebih memudahkan masyarakat untuk berinteraksi jarak jauh. Apalagi media ini sangat berperan penting dalam hal pembangunan dan pengembangan ekonomi masyarakat.
Hafiez Sofyani. UMM